Selasa, 27 Oktober 2009

Manner

It’s about manner…
Sebagai penghuni Negara timur, kita masih terikat oleh manner.. manner yg dimaksud yah yg menyangkut kesopanan gt2 la ya.. n saya merasa hal itu sangat penting hohoho gada angin gada apa tiba2 ngoce ttg manner.

Anyway.. sekarang mo sharing klo tyt org indo masih punya manner juga.. hasil penemuan akir2 ini:
- di pintu samping untar (pintu yg hanya bisa lewat 1orang) beberapa kali ditemui laki2 gentlemen yg kasih ce arah berlawanan buat lewat duluan.


- Klo naek lift, walaupun masuk duluan tapi pegangin pintu lift supaya org selanjutnya ga kejepit.


- Pas keluar lift, dahuluin ce kluar duluan sambil pegangin pintu liftnya.


- Klo nyebrang lewat jemb penyebrangan nan sempit karena banyak yg jualan, kasih ce lewat duluan. (intinya sih ladies first)


- Sambil nunggu jemput, g n cc g yg lagi hamil duduk di kursi n di sebelah kami ada abang2 lg duduk jg tp begitu kami duduk si abang itu langsung berdiri menjauh soalnya dy lg ngerokok. Lalu di belakang kita ada co jg lg ngerokok tus kami tutup idung bis tu orangnya jg pergi menjauh. Nah setelah kita dijemput, abang itu langsung duduk lagi haha. Intinya dy liat orang hamil tus lgs rokok jau2.


- Klo di busway, banyak orang yg kasih duduk buat ibu2. makanya jadi ketularan jg hwhw.


- Pembantu g, klo g blg ‘mba, nih duit supir’ tus dy bilang makasih, padahal tu duit jg bukan buat dy n g yang minta tolong ma dy tp dy yg blg makasih ahaha ga Cuma duit, apapun lah klo g suru dy kasih tu barang ke org laen.


- Mba n supir yg bisa bilang ati2 dll klo kami pada pegi, tp itu jg ketularan dari cc g yang selalu da2 ke mereka hoho.

Ada lagi?
Nah itu contoh2 yg g inget.. lalu ada lagi yang ga ber-manner…ini yg g ga suka.

Walaupun dah kenal lama ato sahabat ato apalah, kita kan harus tetep bilang makasih n sorry pada saatnya toh..
ceritanya temen g bantuin g telponin tempat les buat nanya2, tus g blg thx n dy blg gausa thx2an lah mendingan kasih g barang bla bla... week..Tus g blg hrs tetep blg thx walaupun sepele apapun.

Tapi…..klo g yg berbuat ke dy koq dy ga gt ya? Paling sorry aja klo ada salah.. klo g bayarin dy apa n klo g anter dy, dy ga blg thx ma skali..bukannya ngarep hormat ato apa tp kan kata2 thx itu menyenangkan hati lah walaupun sdkt n walaupun g jg ga pena blg thx ke supir g tp alangkah baiknya klo dy blg thx ke sopir g yg tiap x nganterin dy pulg…kaya kalian2 ini yg selalu blg thx ke supir g klo dianterin walaupun ga ampe rumah hwhw..
n ini selalu n udah lama makanya g baru nyadar, klo misal bbrp x doank it’s okay tp ini tiap kali loh..


Contoh lagi g ngajak dy nonton jadi kita pg be3 ada si M. tus dy tanya dibayarin ga? Yada berhubung Cuma 15rb n g jg mo traktir si M (karena sebelumnya M yg bayarin g), jadi g blg yada skalian aja. Tus pas pulang, g n dy berencana pulang ndiri, tp si M maksa mo anterin kita be2 akirnya yada dianterin dy duluan. Nah itu, dy ga blg ama skali makasih ke g yg bayarin nonton n M yg anterin pulang. Pas g ampe rumah, dy baru sms ‘eh g dah blg thx lum ke M? bilangin dunk’ tus g suru blg ndiri aja. Sekian. Fuuhh… thanks kembali…
G sayang ma temen g tu tapi koq gt yah….

Nah teman2, maafkan saya klo saya ada tak ber-manner kpd kalian huhu…
hey ladies, please have a good manner so u bisa menjadi orang yg lebih bae, temen, pacar n menantu yg bisa dibanggakan n disayang oleh mereka…


Regards,
Blink

Selasa, 20 Oktober 2009

Keunggulan PENSIL dibanding KOMPUTER

1. Pensil bisa diselipkan di telinga. Komputer juga bisa, tapi telinga siapa ?
2. Ujung pensil, kalau tumpul bisa diraut. Komputer tumpul, apa kabar ?
3. Pensil harganya murah. Komputer juga murah, asal bayarnya pakai potong gaji
4. Pensil bisa menulis di atas air. Komputer ? hehehe...
5. Listrik padam, pensil masih bisa dipakai nulis. Pada kejadian yang sama komputer malah digondol maling
6. Pensil bisa untuk main lempar-lemparan.. Komputer juga bisa untuk lempar-lemparan, tapi siapa mau coba rasa lemparan komputer ?
7. Pensil bisa dipakai korek-korek hidung. Komputer kayaknya bisa, tapi jangan hidung saya ya?
8. Pensil ngga bisa kena virus Michael Angelo. Komputer gudangnya virus
9. Pensil jatuh, tidak keras bunyinya, tidak mengganggu orang tidur. Jatuhkan komputer Anda, kemudian Anda tidur. Apa bisa ??
10. Pensil boleh ditaruh di bawah bantal. Komputer juga boleh, tapi bantalnya tidak boleh ditiduri
11. Pensil, tanpa dibuatkan program, bisa untuk nulis dan menggambar. Komputer tanpa program, apa jadinya ?
12. Pensil basah, bisa dijemur. Komputer basah, nyetrum !
13. Pensil dipatahin jadi ada 2. Komputer dipatahin ??

Itulah, kata orang yang baru bisa beli pensil !!

-Aoi-

Senin, 19 Oktober 2009

bisakah???

hmm bingung bingung...

bisa ga c kalo fb tuh di sabot (sabotase) sama orang laen ??
abis sepetinya tanda" kalo fb saia disabot orang..
uhuhu menyedihkan..

yuu
(yang sedang kebingungan @.@)

Minggu, 18 Oktober 2009

Adolf Hitler lari dan mati di Indonesia

Jika saja ada yang rajin menyimpan klipingan artikel harian “Pikiran Rakyat” sekitar tahun 1983, tentu akan menemukan tulisan dokter Sosrohusodo mengenai pengalamannya bertemu dengan seorang dokter tua asal Jerman bernama Poch di pulau Sumbawa Besar pada tahun 1960. Dokter tua itu kebetulan memimpin sebuah rumah sakit besar di pulau tersebut.

Tapi bukan karena mengupas kerja dokter Poch, jika kemudian artikel itu menarik perhatian banyak orang, bahkan komentar sinis dan cacian! Namun kesimpulan akhir artikel itulah yang membuat banyak orang mengerutkan kening. Sebab dengan beraninya Sosro mengatakan bahwa dokter tua asal Jerman yang pernah berbincang-bincang dengannya, tidak lain adalah Adolf Hitler, mantan diktator Jerman yang super terkenal karena telah membawa dunia pada Perang Dunia II!

Beberapa “bukti” diajukannya, antara lain dokter Jerman tersebut cara berjalannya sudah tidak normal lagi, kaki kirinya diseret. Tangan kirinya selalu gemetar. Kumisnya dipotong persis seperti gaya aktor Charlie Chaplin, dengan kepala plontos. Kondisi itu memang menjadi ciri khas Hitler pada masa tuanya, seperti dapat dilihat sendiri pada buku-buku yang menceritakan tentang biografi Adolf Hitler (terutama saat-saat terakhir kejayaannya), atau pengakuan Sturmbannführer Heinz Linge, bekas salah seorang pembantu dekat sang Führer. Dan masih banyak “bukti” lain yang dikemukakan oleh dokter Sosro untuk mendukung dugaannya.

Keyakinan Sosro yang dibangunnya dari sejak tahun 1990-an itu hingga kini tetap tidak berubah. Bahkan ia merasa semakin kuat setelah mendapatkan bukti lain yang mendukung ‘penemuannya’. “Semakin saya ditentang, akan semakin keras saya bekerja untuk menemukan bukti-bukti lain,” kata lelaki yang lahir pada tahun 1929 di Gundih, Jawa Tengah ini ketika ditemui di kediamannya di Bandung.

Andai saja benar dr. Poch dan istrinya adalah Hitler yang tengah melakukan pelarian bersama Eva Braun, maka ketika Sosro berbincang dengannya, pemimpin Nazi itu sudah berusia 71 tahun, sebab sejarah mencatat bahwa Adolf Hitler dilahirkan tanggal 20 April 1889. “Dokter Poch itu amat misterius. Ia tidak memiliki ijazah kedokteran secuilpun, dan sepertinya tidak menguasai masalah medis,” kata Sosro, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang sempat bertugas di pulau Sumbawa Besar ketika masih menjadi petugas kapal rumah sakit Hope.

Sebenarnya, tumbuhnya keyakinan pada diri Sosro mengenai Hitler di pulau Sumbawa Besar bersama istrinya Eva Braun, tidaklah suatu kesengajaan. Ketika bertugas di pulau tersebut dan bertemu dengan seorang dokter tua asal Jerman, yang ada pada benak Sosro baru tahap kecurigaan saja.

Meskipun begitu, ia menyimpan beberapa catatan mengenai sejumlah “kunci” yang ternyata banyak membantu. Perhatiannya terhadap literatur tentang Hitler pun menjadi kian besar, dan setiap melihat potret tokoh tersebut, semakin yakin Sosro bahwa dialah orang tua itu, orang tua yang sama yang bertemu dengannya di sebuah pulau kecil d Indonesia!

Ketidaksengajaan itu terjadi pada tahun 1960, berarti sudah dua puluh tahun lebih ia meninggalkan pulau Sumbawa Besar.

Suatu saat, seorang keponakannya membawa majalah Zaman edisi no.15 tahun 1980. Di majalah itu terdapat artikel yang ditulis oleh Heinz Linge, bekas pembantu dekat Hitler, yang berjudul “Kisah Nyata Dari Hari-Hari Terakhir Seorang Diktator”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.

Pada halaman 59, Linge mula-mula menceritakan mengenai bunuh diri Hitler dan Eva Braun, serta cara-cara membakar diri yang kurang masuk di akal. Kemudian Linge membeberkan keadaan Hitler pada waktu itu.

“Beberapa alinea dalam tulisan itu membuat jantung saya berdetak keras, seperti menyadarkan saya kembali. Sebab di situ ada ciri-ciri Hitler yang juga saya temukan pada diri si dokter tua Jerman. Apalagi setelah saya membaca buku biografi ‘Hitler’. Semuanya ada kesamaan,” ungkap ayah empat anak ini.

Heinz Linge menulis, “beberapa orang di Jerman mengetahui bahwa Führer sejak saat itu kalau berjalan maka dia menyeret kakinya, yaitu kaki kiri. Penglihatannya pun sudah mulai kurang terang serta rambutnya hampir sama sekali tidak tumbuh... kemudian, ketika perang semakin menghebat dan Jerman mulai terdesak, Hitler menderita kejang urat.”

Linge melanjutkan, “di samping itu, tangan kirinya pun mulai gemetar pada waktu kira-kira pertempuran di Stalingrad (1942-1943) yang tidak membawa keberuntungan bagi bangsa Jerman, dan ia mendapat kesukaran untuk mengatasi tangannya yang gemetar itu.” Pada akhir artikel, Linge menulis, “tetapi aku bersyukur bahwa mayat dan kuburan Hitler tidak pernah ditemukan.”

Lalu Sosro mengenang kembali beberapa dialog dia dengan “Hitler”, saat Sosro berkunjung ke rumah dr. Poch. Saat ditanya tentang pemerintahan Hitler, kata Sosro, dokter tua itu memujinya. Demikian pula dia menganggap bahwa tidak ada apa-apa di kamp Auschwitz, tempat ‘pembantaian’ orang-orang Yahudi yang terkenal karena banyak film propaganda Amerika yang menyebutkannya.

“Ketika saya tanya tentang kematian Hitler, dia menjawab bahwa dia tidak tahu sebab pada waktu itu seluruh kota Berlin dalam keadaan kacau balau, dan setiap orang berusaha untuk lari menyelamatkan diri masing-masing,” tutur Sosrohusodo.

Di sela-sela obrolan, dr. Poch mengeluh tentang tangannya yang gemetar. Kemudian Sosro memeriksa saraf ulnarisnya. Ternyata tidak ada kelainan, demikian pula tenggorokannya. Ketika itu, ia berkesimpulan bahwa kemungkinan “Hitler” hanya menderita parkisonisme saja, melihat usianya yang sudah lanjut.

Yang membuat Sosro terkejut, dugaannya bahwa sang dokter mungkin terkena trauma psikis ternyata diiyakan oleh dr. Poch! Ketika disusul dengan pertanyaan sejak kapan penyakit itu bersarang, Poch malah bertanya kepada istrinya dalam bahasa Jerman.

“Itu kan terjadi sewaktu tentara Jerman kalah perang di Moskow. Ketika itu Goebbels memberi tahu kamu, dan kamu memukul-mukul meja,” ucap istrinya seperti ditirukan oleh Sosro. Apakah yang dimaksud dengan Goebbels adalah Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Jerman yang terkenal setia dan dekat dengan Hitler? Istrinya juga beberapa kali memanggil dr. Poch dengan sebutan “Dolf”, yang mungkin merupakan kependekan dari Adolf!

Setelah memperoleh cemoohan sana-sini sehubungan dengan artikelnya, tekad Sosrohusodo untuk menuntaskan masalah ini semakin menggebu. Ia mengaku bahwa kemudian memperoleh informasi dari pulau Sumbawa Besar bahwa Poch sudah meninggal di Surabaya. Beberapa waktu sebelum meninggal, istrinya pulang ke Jerman. Poch sendiri konon menikah lagi dengan nyonya S, wanita Sunda asal Bandung, karyawan di kantor pemerintahan di pulau Sumbawa Besar!

Untuk menemukan alamat nyonya S yang sudah kembali lagi ke Bandung, Sosro mengakui bukanlah hal yang mudah. Namun akhirnya ada juga orang yang memberitahu. Ternyata, ia tinggal di kawasan Babakan Ciamis! Semula nyonya S tidak begitu terbuka tentang persoalan ini. Namun karena terus dibujuk, sedikit demi sedikit mau juga nyonya S berterus terang.

Begitu juga dengan dokumen-dokumen tertulis peninggalan suaminya kemudian diserahkan kepada Sosrohusodo, termasuk foto saat pernikahan mereka, plus rebewes (SIM) milik dr. Poch yang ada cap jempolnya. Dari nyonya S diketahui bahwa dr. Poch meninggal tanggal 15 Januari 1970 pukul 19.30 pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya akibat serangan jantung. Keesokan harinya dia dimakamkan di desa Ngagel.

Dalam salah satu dokumen tertulis, diakuinya bahwa ada yang amat menarik dan mendukung keyakinannya selama ini. Pada buku catatan ukuran saku yang sudah lusuh itu, terdapat alamat ratusan orang-orang asing yang tinggal di berbagai negara di dunia, juga coretan-coretan yang sulit dibaca. Di bagian lainnya, terdapat tulisan steno. Semuanya berbahasa Jerman. Meskipun tidak ada nama yang menunjukkan kepemilikan, tapi diyakini kalau buku itu milik suami nyonya S.

Di sampul dalam terdapat kode J.R. KepaD no.35637 dan 35638, dengan masing-masing nomor itu ditandai dengan lambang biologis laki-laki dan wanita. “Jadi kemungkinan besar, buku itu milik kedua orang tersebut, yang saya yakini sebagai Hitler dan Eva Braun,” tegasnya dengan suara yang agak parau.

Negara yang tertulis pada alamat ratusan orang itu antara lain Pakistan, Tibet, Argentina, Afrika Selatan, dan Italia. Salah satu halamannya ada tulisan yang kalau diterjemahkan berarti : Organisasi Pelarian. Tuan Oppenheim pengganti nyonya Krüger. Roma, Jl. Sardegna 79a/1. Ongkos-ongkos untuk perjalanan ke Amerika Selatan (Argentina).

Lalu, ada pula satu nama dalam buku saku tersebut yang sering disebut-sebut dalam sejarah pelarian orang-orang Nazi, yaitu Prof. Dr. Draganowitch, atau ditulis pula Draganovic. Di bawah nama Draganovic tertulis Delegation Argentina da imigration Europa – Genua val albaro 38. secara terpisah di bawahnya lagi tertera tulisan Vatikan. Di halaman lain disebutkan, Draganovic Kroasia, Roma via Tomacelli 132.

Majalah Intisari terbitan bulan Oktober 1983, ketika membahas Klaus Barbie alias Klaus Altmann bekas polisi rahasia Jerman zaman Nazi, menyebutkan alamat tentang Val Albaro. Disebutkan pula bahwa Draganovic memang memiliki hubungan dekat dengan Vatikan Roma. Profesor inilah yang membantu pelarian Klaus Barbie dari Jerman ke Argentina. Pada tahun 1983 Klaus diekstradisi dari Bolivia ke Prancis, negara yang menjatuhkan hukuman mati terhadapnya pada tahun 1947.

“Masih banyak alamat dalam buku ini, yang belum seluruhnya saya ketahui relevansinya dengan gerakan Nazi. Saya juga sangat berhati-hati tentang hal ini, sebab menyangkut negara-negara lain. Saya masih harus bekerja keras menemukan semuanya. Saya yakin kalau nama-nama yang tertera dalam buku kecil ini adalah para pelarian Nazi!” tandasnya.

Mengenai tulisan steno, diakuinya kalau ia menghadapi kesulitan dalam menterjemahkannya ke dalam bahasa atau tulisan biasa. Ketika meminta bantuan ke penerbit buku steno di Jerman, diperoleh jawaban bahwa steno yang dilampirkan dalam surat itu adalah steno Jerman “kuno” sistem Gabelsberger dan sudah lebih dari 60 tahun tidak digunakan lagi sehingga sulit untuk diterjemahkan.

Tetapi penerbit berjanji akan mencarikan orang yang ahli pada steno Gabelsberger. Beberapa waktu lamanya, datang jawaban dari Jerman dengan terjemahan steno ke dalam bahasa Jerman. Sosrohusodo menterjemahkannya kembali ke dalam bahasa Indonesia. Judul catatan dalam bentuk steno itu, kurang lebih berarti “keterangan singkat tentang pengejaran perorangan oleh Sekutu dan penguasa setempat pada tahun 1946 di Salzburg”. Kota ini terdapat di Austria.

Di dalamnya berkisah tentang “kami berdua, istri saya dan saya pada tahun 1945 di Salzburg”. Tidak disebutkan siapakah ‘kami berdua’ di situ. Dua insan tersebut, kata catatan itu, dikejar-kejar antara lain oleh CIC (dinas rahasia Amerika Serikat). Pada pokoknya, menggambarkan penderitaan sepasang manusia yang dikejar-kejar oleh pihak keamanan.

Di dalamnya juga terdapat singkatan-singkatan yang ditulis oleh huruf besar, yang kalau diurut akan menunjukkan rute pelarian keduanya, yaitu B, S, G, J, B, S, R. “Cara menyingkat seperti ini merupakan kebiasaan Hitler dalam membuat catatan, seperti yang pernah saya baca dalam literatur yang lainnya,” Sosrohusodo memberikan alasan.

Dari singkatan-singkatan itu, lalu Sosro mencoba untuk mengartikannya, yang kemudian dikaitkan dengan rute pelarian. Pelarian dimulai dari B yang berarti Berlin, lalu S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Beograd), S (Sarajevo) dan R (Roma). Tentang Roma, Sosro menjelaskan bahwa itu adalah kota terakhir di Eropa yang menjadi tempat pelariannya. Setelah itu mereka keluar dari benua tersebut menuju ke suatu tempat, yang tidak lain tidak bukan adalah pulau Sumbawa Besar di Nusantara tercinta!

Ia mengutip salah satu tulisan dalam steno tadi : “Pada hari pertama di bulan Desember, kami harus pergi ke R untuk menerima suatu surat paspor, dan kemudian kami berhasil meninggalkan Eropa”. Ini, kata Sosro, sesuai dengan data pada paspor dr. Poch yang menyebutkan bahwa paspor bernomor 2624/51 diberikan di Rom (tanpa huruf akhir A)”. Di buku catatan berisi ratusan alamat itu, nama Dragonic dikaitkan dengan Roma, begitulah Sosro memberikan alasan lainnya.

Lalu mengenai Berlin dan Salzburg, diterangkannya dengan mengutip majalah Zaman edisi 14 Mei 1984. Dikatakan bahwa sejarah telah mencatat peristiwa jatuhnya pesawat yang membawa surat-surat rahasia Hitler yang jatuh di sekitar Jerman Timur pada tahun 1945. “Ini juga menunjukkan rute pelarian mereka,” katanya lagi.

Lalu bagaimana komentar nyonya S yang disebut-sebut Sosro sebagai istri kedua dr. Poch? Konon ia pernah berterus terang kepada Sosro. Suatu hari suaminya mencukur kumis mirip kumis Hitler, kemudian nyonya S mempertanyakannya, yang kemudian diiyakan bahwa dirinya adalah Hitler. “Tapi jangan bilang sama siapa-siapa,” begitu Sosro mengutip ucapan nyonya S.

Membaca dan menyimak ulasan dr. Sosrohusodo, sekilas seperti ada saling kait mengkait antara satu dengan yang lainnya. Namun masih banyak pertanyaan yang harus diajukan kepada Sosro, dengan tidak bermaksud meremehkan pendapat pribadinya berkaitan dengan Hitler, sebab mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara.

Bahkan Sosrohusodo sudah membuat semacam diktat yang memaparkan pendapatnya tentang Hitler, dilengkapi dengan sejumlah foto yang didapatnya dari nyonya S. Selain itu, isinya juga mengisahkan tentang pengalaman sejak dia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga bertugas di Bima, Kupang, dan Sumbawa Besar. Ia juga telah mengajukan hasil karyanya ke berbagai pihak, namun belum ada tanggapan. “Padahal tidak ada maksud apa-apa di balik kerja saya ini, hanya ingin menunjukkan bahwa Hitler mati di Indonesia,” katanya mantap.

Bukan hanya Sosro yang mempunyai teori tentang pelarian Hitler dari Jerman ke tempat lain, tapi beberapa orang di dunia ini pernah mengungkapkannya dalam media massa. Peluang untuk berteori seperti itu memang ada, sebab ketika pemimpin Nazi tersebut diduga mati bersama Eva Braun tahun 1945, tidak ditemukan bukti utama berupa jenazah!

Adalah tugas para pakar dalam bidang ini untuk mencoba mengungkap segala sesuatunya, termasuk keabsahan dokumen yang dimiliki oleh Sosrohusodo, nyonya S, atau makam di Ngagel yang disebut sebagai tempat bersemayamnya dr. Poch.

Mungkin para ahli forensik dapat menjelaskannya lewat penelitian terhadap tulang-tulang jenazahnya. Semua itu tentu berpulang pada kemauan baik semua pihak...

-Aoi-

dikutip dari prabelism.blogspot.com

Minggu, 11 Oktober 2009

Sejarah April Mop

Namun ketika ribuan umat Islam sudah berkumpul di pelabuhan, kapal yang tadinya sandar di pelabuhan langsung dibakar dan kaum Muslimin dibantai dengan kejam sehingga air laut menjadi merah karena darah. Peristiwa pembantaian dan pengingkaran janji itu terjadi pada 1 April 1487 Masehi dan dikenang sebagai “The April Fool Day”.

UMAT Islam sangat tak pantas merayakan “April Mop” atau “The April Fool Day”, karena kebiasaan itu merupakan peringatan peristiwa pembantaian umat Islam di Spanyol pada 1 April 1487 Masehi.

Umat Islam banyak yang “latah” dan merayakan April Mop tanpa mengetahui dasar dan asal muasal peristiwa tersebut, kata cendikiawan Muslim, Ir. H. Asmara Dharma, dalam tulisannya yang diterima ANTARA di Medan, Minggu.

Dijelaskannya, perayaan April Mop itu diawali peristiwa penyerangan besar-besaran oleh tentara Salib terhadap negara Spanyol yang ketika itu di bawah kekuasaan kekhalifahan Islam pada Maret 1487 Masehi.

Kota-kota Islam di Spanyol, seperti Zaragoza dan Leon di wilayah Utara, Vigo dan Forto di wilayah Timur, Valencia di wilayah Barat, Lisabon dan Cordoba di Selatan serta Madrid di pusat kota dan Granada sebagai kota pelabuhan berhasil dikuasai tentara Salib.

Umat Islam yang tersisa dari peperangan itu dijanjikan kebebasan jika meninggalkan Spanyol dengan kapal yang disiapkan di pelabuhan Granada. Tentara Salib itu menjanjikan keselamatan dan memperbolehkan ummat Islam menaiki kapal jika mereka meninggalkan Spanyol dan persenjataan mereka.

Namun ketika ribuan umat Islam sudah berkumpul di pelabuhan, kapal yang tadinya sandar di pelabuhan langsung dibakar dan kaum Muslimin dibantai dengan kejam sehingga air laut menjadi merah karena darah.

Peristiwa pembantaian dan pengingkaran janji itu terjadi pada 1 April 1487 Masehi dan dikenang sebagai “The April Fool Day”.

Selanjutnya, kata Dharma, peristiwa “The April Fool Day” itu dipopulerkan menjadi April Mop dengan “ritual” boleh mengerjai, menipu dan menjahili orang lain pada tanggal itu, tetapi bernuansa gembira.

“Ritual tersebut disyaratkan dengan tidak bolehnya orang yang ditipu dan dijahili itu marah dan membalas,” katanya.

Salah seorang remaja Muslim, Julia Putri, mengaku tidak mengetahui sejarah April Mop, meski sering melakukannya ketika masih di bangku sekolah.

Namun Julia mengaku terkejut jika perayaan April Mop terkait dengan peristiwa pembantaian umat Islam di Spanyol.

Sementara itu, Rita Sahara, remaja Medan lainnya, juga menyatakan tidak mengetahui sejarah awal perayaan April Mop.

Dia menyatakan hanya mengetahui April Mop berkaitan dengan praktek menjahili, menyampaikan informasi bohong dan mengolok-olok orang lain dengan membuat kejutan.

Setelah mengetahui sejarah April Mop itu, ia mengimbau umat Islam, khususnya kaum remaja, tidak perlu merayakan April Mop karena sama artinya merayakan pembantaian umat Islam. (*)

dikutip dari: rusdimathari.wordpress.com

-Aoi-

Jumat, 09 Oktober 2009

Safe zone

Berawal dari memikirkan tahun 2009 yg udah mo berakhir…

Tiba2 keinget kalo 3bulan lagi yaitu januari udah mau kerja praktek huaaa… lum nyiapin apa2, portfolio, lamaran, mo KP dmn huuu…. Ok, pikirin portfolio dulu hmmm… mo bikin apa koq kyny g gada spesialisasi apa2…g ga bs paen2!! Yg plg penting bagi DKV, g ga bs gambar huaa gmn ini?? Tus kerja mo dmn? G gatau g mo kerja dmn (sebagai apa) g gatau g suka bagian apa…

G ga punya gambaran apa2 ttg masa depan g ntar, lbh tepatnya g bakal kerja jadi apa.. lebih parahnya, apa g bakal kerja di bagian kreatif ato malah bakal bantuin bonyok kaya cc2 g? fuuuhh~~~~~ (stress mode) yah adalah di kreatif yg g suka tp di univ ni kyny g cm dapet ilmu sdkt bgt n bikin g pesimis apa g bisa ntar…intinya seh g dah kreatif pas2an tus ilmu jg pas2an, bisakah g bertahan ntar??

Kayanya kita (g seh), udah terlalu lama berada di safe zone yaitu zona aman dimana semuanya dah disediain ama keluarga g n itu bikin g males2an sante2 n takut buat ngadepin tantangan. Makanya ampe skrg g ga pena kerja ma org laen n ga bs nyetir, so sad huh? Sebenarnya banyak yg mo dikerjain n dipelajarin tp gatau napa akirnya ga jadi mua. Akirnya mikir, dah lah taun depan lulus merit aja! Haha punya calon pun belum pdhl.. malah sebenarnya g mo jd penyanyi seperti boyband girlband korea ahahaha seru yah kayanya huhu… yah ngayal mank plg enak hehe..

Bentar lagi kita dah mo kerja n terjun ke masyarakat loh kawan2… so much tantangan tp katanya, Tuhan Cuma kasih kita tantangan yang kita bisa lalui, gt kah? Hope so… ayo semua keluarlah dari zona amanmu n hadapilah tantangan! Lebih baik mencoba n bisa aja gagal daripada ga coba n dah pasti gagal.

Love,
Blink

Rabu, 07 Oktober 2009

tidur terlama..

guys... haha.. kmren ga enak badan, pala pusing, eneg, mau muntah, en saking lemesnya.. g tidur dr jam7 malem ampe jam9 pagi, wkkk..
14 jem booo, untung masi diijinin Thn buat bangun ya, hehe..

~popole~

UTS ^o^

Ciayooo teman2..

Bentar lge qta UTS neh..

Yang bener ya,,, siapin contekan na ^o^


-Aoi-